Tips Investasi Dalam Tren Penurunan Suku Bunga / Imbal Hasil

High yield running out fast!

RED.: Materi ini sekilas seperti merupakan pembahasan ekonomi makro yang tidak berdampak pada perencanaan keuangan pribadi. Jangan salah, simak isi artikel ini baik-baik 🙂

EDITOR: Tofan Saban

tips investasi

Tahun 2018: Strategi Bank Indonesia Menaikkan Suku Bunga

Pada tahun 2018, Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan 4,25% di awal tahun menjadi 6% di akhir tahun. Hal tersebut dilakukan untuk menstabilkan penurunan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar  AS seiring kenaikan suku bunga acuan di Amerika Serikat dari 1.4% di awal tahun menjadi 2.4% di akhir 2018.

Kenapa begitu? Penjelasannya gampangnya adalah karena dengan naiknya suku bunga di Amerika Serikat maka berpotensi membuat dana investor negara tersebut yang “terparkir” di Indonesia “dipanggil pulang”. Alhasil mereka akan menjual Rupiah untuk membeli Dollar AS sehingga membuat nilai Rupiah tertekan.

Dengan menaikkan suku bunga acuan maka masih ada selisih suku bunga yang segnifikan antara Indonesia dan Amerika Serikat sehingga para investor tetap mau memegang Rupiah.

Apa sih dampak kenaikan suku bunga acuan di Indonesia?

Kenaikan suku bunga acuan di Indonesia menyebabkan imbal hasil (yield to maturity) Surat Berharga Negara dengan tenor 10 tahun (catatan: biasa seri ini mejadi acuan) naik dari 6,3% menjadi 8,0%.

Maksudnya adalah imbal hasil bagi calon investor yang ingin membeli obligasi negara Indonesia mengalami peningkatan sehingga menjadi lebih menarik sebagai instrumen investasi.

Dampak secara umum juga bisa dilihat dari rata-rata bunga deposito perbankan yang juga naik dari 4.5% ke 5.0% (setelah pajak).

Saving Bond Ritel (SBR) dan ORI diluncurkan di imbal hasil sekitar 8,25% – 8.55% pada periode Mei hingga Oktober 2019, imbal hasil tersebut naik bila dibandingkan Sukuk Ritel yang diluncukan pada Maret 2018 di imbal hasil 5,9%.

Imbal hasil yang diharapkan dari investasi saham juga naik ke 18-20% per tahun.

tips berinvestasi bijak

Tahun 2019: Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan

Namun memasuki semester-2 tahun 2019 situasi berubah. Bank Indonesia dan Bank Sentral AS menurunkan suku bunga acuan sekitar 0.25%. Dengan ekspektasi atau rencana penurunan tambahan sekitar 0.25% – 0.50% lagi hingga semester -1 di tahun 2020, dan seterusnya.

Apa dampaknya bagi investor dalam negeri? Imbal hasil Sukuk Ritel yang diturunkan di Maret 2019 memberikan imbal hasil 8.15%, lebih rendah dari instrumen yang diluncurkan di Mei-Oktober 2018.

Kemudian Saving Bond Ritel yang diluncurkan di Juli 2019 lalu imbal hasilnya turun ke 7,5%. Ekspektasi/harapan imbal hasil saham juga turun ke 10-12% per tahun, turun hampir 50% dibandingkan harapan imbal hasil tahun lalu.

Tren penurunan imbal hasil ini tentunya berdampak pada imbal hasil investasi yang bisa diharapkan oleh investor Indonesia, demikian juga dengan rencana yang ingin dicapai dari investasinya tersebut.

Tips berinvestasi dalam tren penurunan suku bunga

Jadi bagaimana cara berinvestasi yang tepat di saat tren penurunan imbal hasil atau suku bunga seperti saat ini tanpa mengganggu sasaran investasi yang ingin dicapai?

Salah satu cara yang paling mudah adalah investor perlu menambah jumlah investasi rutinnya atau lock-in imbal hasil yang masih cukup tinggi pada untuk 3 hingga lima tahun ke depan.

Atau dengan kata lain carilah instrumen investasi yang memberikan jaminan imbal hasil cukup tinggi dalam jangka waktu menengah untuk membantu kita melewati periode tren penurunan imbal hasil.

Sebagai praktisi di dunia investasi, salah satu contoh instrumen investasi yang cocok untuk digunakan adalah reksa dana terproteksi. Instrumen investasi resmi lainnya pun bisa digunakan asalkan bisa memberikan imbal hasil konsisten dan tidak begitu terpengaruh oleh penurunan imbal hasil.

Happy hunting.

Image: pexels.com

Leave a Reply